السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
Di dalam Al-Qur’an dan Hadis diceritakan bagaimana beratnya ujian bagi para nabi dan orang-orang saleh terdahulu. Sejak Nabi Adam AS. ujian berat telah dimulai dengan anaknya Qabil, yang membunuh saudaranya Habil dan terus demikian juga dengan Nabi Nuh AS. yang harus bersabar sampai 950 tahun menghadapi kaumnya yang ingkar. Banyak nabi yang dibunuh dan orang saleh karena mempertahankan keimanan dalam perjuangan agama. Orang-orang kaum Bani Israil begitu sesatnya sehingga banyak membunuh orang saleh, di antara mereka dan bahkan nabinya sekalipun juga dibunuhnya. Para nabi dan Orang saleh yang sebagian kecil dari mereka, begitu sabarnya karena ada keyakinan yang mendalam akan surga yang dijanjikan Allah Yang Maha Penyayang.
COBAAN BERAT BARU MASUK SURGA
Cobaan berat juga terjadi sebelum atau bahkan setelah Rasulullah SAW. diutus menjadi nabi dan rasul. Ayah Beliau meninggal sebelum Rasulullah SAW. dilahirkan. Menyusul ibunda Beliau juga meninggal ketika masih kecil dan demikan juga dengan kakek dan paman tercinta Rasulullah SAW. Abdul Muthallib kakeknya yang memelihara Beliau sejak kecil sampai remaja meninggal dunia. Begitu juga dengan Abu Thalib yang menggantikan kakeknya meninggal di saat awal dakwah periode Mekah, padahal paman tercintanya tersebut telah begitu setia menjadi pembela dari gangguan orang kafir Quraisy. Padahal kedua orang tersebut telah banyak berjasa di dalam melindungi dakwah Beliau, sehingga orang kafir Quraisy berpikir dua kali untuk menyiksa Rasulullah SAW.
Firman Allah ta’ala:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214)
Setelah Abu Thalib Meninggal tanpa sempat bersahadat maka Rasulullah SAW. sangat bersedih, padahal Beliau sudah berusaha keras mengajak paman tercintanya tersebut untuk memeluk Islam. Abu Thalib tetap menolaknya dan lebih memilih kepercayaan nenek moyang seperti agama Abdul Muthallib. Sampai akhir hayatnya tetap menolak karena takut dicela orang Quraisy, telah meninggalkan keyakinan nenek moyang yang sudah turun-temurun. Tentunya setelah dua pemuka masyarat Quraisy yang telah menjadi pelindung Beliau meninggal dunia, maka tidak ada lagi yang ditakuti sehingga berani menyiksa Rasulullah SAW. dan para sahabat. Para sahabat yang tidak memiliki pemuka sebagai pelindung, telah banyak yang mendapat siksaan terlebih dahulu.
Firman Allah ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS. Fushshilat: 30)
Segala macam ujian atau tantangan akan dihadapi oleh siapapun orang beriman, dengan lapang dada dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Yang Maha Perkasa Perasaan sedih sesuai dengan tingkat keimanan yang meliputi kesabaran dan kelapangan dada seseorang . Makin sabar dan lapang dada seseorang maka semakin beriman yang berarti sedikit kesedihannya, sebaliknya makin tidak sabaran atau sakit hati maka semakin besar kesedihannya. Janji akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah Yang Maha Benar, membuat orang beriman terhibur sehingga menghapus apapun kesedihannya.
Firman Allah ta’ala:
Sesungguhnya aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang[1]."Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" (QS. Al-Mu’minun: 111-112)
[1] Maksud ayat 108, 110 dan 111 ialah bahwa orang-orang kafir itu diperintahkan tinggal tetap di neraka dan tidak boleh berbicara dengan Allah, karena mereka selalu mengejek-ejek orang-orang yang beriman, berdoa kepada Allah supaya diberi ampun dan rahmat.
Ditanamkan keyakinan sesuai dengan keterangan di dalam Al-Qur’an, bahwa kesabaran akan dibalas di akhirat dengan surga sebagai tempat tinggal orang yang menang. Keyakinan juga ditanamkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semua karena kehendak Allah Yang Maha Adil sehingga tidak ada alasan untuk tidak menerima ketentuan-Nya yang telah terjadi dengan lapang dada. Keyakinan bahwa kita orang beriman wajib sabar selama hidup, sehingga tidak ada istilah ‘Sabar ada batasnya” karena apabila menggunakan istilah itu maka tidak akan bisa bertahan lama sabar. Apabila sudah tiba kematian maka berhenti bersabar, karena di akhirat orang tinggal menikmati buah kesabarannya dengan melampiaskan segala nafsu yang ditahannya dulu di dunia.
Firman Allah ta’ala:
Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QR. Asy-Syu’ra: 43)
Sabar menurut salah satu Hadis Nabi yaitu sabar di dalam mendapatkan musibah dan sabar di dalam ketaatan. Sabar di dalam mendapatkan musibah sudah sering kita mendengar akan tetapi sabar di dalam menjalani ketaatan dalam beramal saleh jarang kita dengar. Sabar di dalam ketaatan yaitu dengan istikamah untuk terus di jalan yang lurus, walaupun begitu banyak rintangan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Misalnya ada orang yang menjadi rintangan di dalam ketaatan maka orang yang sabar akan memaafkannya. Tidak sakit hati karena yakin yang mengirim untuk menguji kesabaran tersebut Allah Yang Maha Penyanyang, yang mengetahui sejauh mana tingkat kesabaran hamba-Nya. Dia tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuannya atau sesuai dengan tingkat keimanannya.
Firman Allah ta’ala:
Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Faatir: 7)
Orang kafir dan munafik pada saat sakaratul maut akan menyesal, hal ini disebabkan sesuai Hadits Nabi bahwa seseorang tidak akan meninggal sebelum diperlihatkan di surga atau neraka tempat kembalinya. Di alam kubur atau barzah azabnya akan terus berlanjut dan akan menjadi penyesalan sampai datangnya hari kiamat, kemudian setelah itu juga diazab di padang mahsyar sampai dimasukkan ke dalam neraka. Sebaliknya orang beriman sejak saat sakaratul maut akan melihat surga yang dijanjikan dan bukti kebenaran janji Allah Yang Maha Benar kepada orang-orang beriman. Upah dari amal kebajikan yang dilakukan di dunia, di akhirat akan ditunaikan dengan dimudahkannya mulai dari sakaratul maut sampai masuk surga tanpa disiksa dahulu di neraka.
Firman Allah ta’ala:
Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya. (QS. Al-Furqan: 57)
Orang yang benar-benar beriman di dalam beramal ibadah semestinya tidak mengharap imbalan keduniaan akan tetapi mengharap keridhaan Allah Yang Maha Kaya. Tentunya kepatuhan dari orang yang diajak taat kepada jalan-Nya sudah cukup membahagiakannya. Apabila orang yang diberi peringatan tidak juga mau bertobat dan bahkan menentangnya, maka itupun tidak membuatnya sakit hati. Orang beriman seharusnya berkeyakinan sebagaimana keyakinan sahabat Abu Bakar RA. yang sangat takut apabila diupah kebaikan yang diusahakannya, besok di akhirat tidak mendapatkan imbalan lagi karena sudah mendapatkannya di dunia.
Firman Allah ta’ala:
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan: 63)
Orang beriman yang memahami dirinya sebagai seorang hamba Allah Yang Maha Tinggi seharusnya rendah hati, kapanpun dan di mana saja berada. Tidak sepantasnya siapapun berjalan di muka bumi dengan sombong dan membanggakan diri, karena yang boleh sombong hanya Dia pemilik kerajaan langit dan bumi. Banyak orang jahil yang tidak menyadari dirinya diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta, di muka bumi untuk ibadah kepada-Nya sehingga suka memperolok-olok orang beriman yang taat beribadah. Orang beriman akan bersabar menghadapi orang jahil tersebut, sehingga tidak akan membalas olokan-olokannya dan apabila mereka menyapa membalasnya denga kata-kata keselamatan.
Firman Allah ta’ala:
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu. (QS. An-Naml: 89)
Orang yang terus berusaha melakukan kebaikan sesuai Al-Qur’an dan Hadits sampai akhir hayatnya, kelak setelah meninggal dunia akan membawa banyak kebaikan. Tentunya dengan keadilann-Nya, semua usaha untuk mendapat keridhaan Allah Yang Maha Adil tersebut tidak akan sia-sia. Tidak boleh ada keraguan, apapun kebaikan yang dilakukan insya’allah dibalas oleh-Nya dengan kebaikan. Dia sudah menjanjikan di dalam Al-Qur’an dan telah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Apapun yang disabdakan oleh Beliau termasuk wahyu Allah Yang Maha Benar karena itu apapun janji atau ancaman dari Beliau termasuk dari-Nya.
Firman Allah ta’ala:
Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), (QS. Ar-Ruum: 44)
Setiap apapun yang dilakukan manusia di dunia ini akan diminta pertanggung jawaban, sehingga orang beriman dan orang kafir akan memetik hasil dari semua perbuatannya . Orang beriman yang telah bersusah payah dan banyak pengorbanan, berarti bersungguh-sungguh sudah menyiapkan tempatnya yang menyenangkan di akhirat yaitu surga yang telah dijanjikan-Nya. Pahala yang dahulu ketika di dunia tidak bisa dilihat wujudnya dan dirasakan, setelah di akhirat begitu nyata keindahan serta kenikmatan surga sebagai pahala yang dijanjikan. Sebaiknya orang kafir secara tidak sengaja, dengan kekafirannya telah menyiapkan tempatnya di neraka sebagai wujud dosa-dosa yang diancamkan.
Firman Allah ta’ala:
Agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar. (QS. Ar-Ruum: 45)
Memang benar orang beriman melakukan amal kebajikan bukan karena ingin mendapat pahala semata, karena kecintaan kepada-Nya di atas segalanya demi keridhaan Allah Yang Maha Penyayang. Tidak ada larangan beramal saleh untuk mendapat pahala, dan justru anjuran untuk mendapatkannya di Al-Qur’an dan Hadits. Apabila ada orang yang dikatakan berilmu, akan tetapi melarang atau bahkan melecehkan orang yang beramal karena mengharapkan pahala, maka orang tersebut telah menentang serta melecehkan firman Allah Yang Maha Mulia juga sabda Nabi SAW. Banyak orang awam yang sombong, tidak mau membaca dan memikirkan isi Al-Qur’an dan Haidits sehingga asal berbicara. Mereka dikatakan sombong karena menolak kebenaran, untuk mempelajari pedoman umat Islam tersebut dan meremehkan orang yang memberi peringatan dengannya.
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَوْحَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ غَدْوَةٌ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ مِنْ الْجَنَّةِ أَوْ مَوْضِعُ قِيدٍ يَعْنِي سَوْطَهُ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Anas bin Malik radiallahu’anhudari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam: Pergi keluar berperang di jalan Allah pada awal (pagi) hari atau pergi keluar berperang pada akhir (siang) hari lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Dan sungguh panjang (sehasta) busur panah seorang dari kalian di surga atau tempat (sarung) cambuknya lebih baik dari dunia dan seisinya. Dan seandainya seorang perempuan (bidadari) penduduk surga muncul di tengah penduduk bumi niscaya ia akan menerangi apa yang ada di antara keduanya (cakrawala langit dan bumi) dan arama wanginya akan memenuhi cakrawala itu dan sungguh kerudung yang ada di kepalanya itu lebih baik dari pada dunia dan seisinya. (HR. Bukhari)
Hampir semua agama mengenal adanya bidadari yaitu perempuan cantik jelita yang ada di surga. Bedanya di dalam Islam, bidadari bukan hanya cantik jelita akan tetapi memancarkan cahaya seperti sinar matahari yang menerangi langit dan bumi. Di agama lain, bau harum bidadari hanya sekedar wangi saja, berbeda dengan di agama Islam dijelaskan di Hadits bahwa keharumannya sampai memenuhi cakrawala. Begitu luar biasanya bidadari sehingga laki-laki saleh yang beriman dan bertakwa serta bersabar selama 60 atau 70 tahun mendapat balasan bidadari yang senantiasa perawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar