Sabtu, 12 Januari 2019

“ANWAR SUPAYA MASUK DALAM HATI”

اَنْوَارٌ اُذ ِنَ لهاَ فى الوُصُولِ وَاَنوارٌ اُذ ِنَ لهاَ فِى الد ُّخُولِ

217. “ Anwar ( beberapa nur Ilahi) itu ada dua macam :  Nur yang diizikan الله hanya sampai pada hati (luar hati), dan Nur yang di izinkan الله bisa masuk ke dalam Hati.”

Ada kalanya Nur itu hanya sampai di hati(luar hati), tidak masuk kedalam hati, mereka bisa melihat الله dan melihat dirinya, melihat dunia dan akhiratnya, masih cinta dunia dan cinta Akhiratnya, masih bersama dirinya dan bersama الله.  Apabila Nur itu sudah masuk kedalam hatinya, dalam pandangannya hanya ada الله, sehingga tidak ada yang dicinta, diharap, dan disembah melainkan الله semata-mata.

رُبَّمَا وَرَدَ تْ عليكَ الاَنْوَارُ فَوَجَدَ تِ القَلْبَ مَحْشـُوًّابِصُوَارِالاٰثاَرِ فَاَرْ تَحلَتْ من حَيثُ نزَلَتْ
فَرِّغْ قَلبَكَ منَ الاغْيَارِ يَملَءُوهُ بِالمَعَارِفِ وَالاَسرَارِ

218. “ Terkadang Nur Ilahi itu datang kepadamu, tetapi ketika didapati dalam hatimu penuh dengan gambar makhluk, maka ia kembali lagi ke tempat asalnya.  kosongkanlah hatimu (dari makhluk),  niscaya الله akan memenuhinya dengan makrifat dan asror (ilmu).”

Sebagaimana keterangan hikmah sebelumnya yaitu, nur yang diizinkan hanya sampai kehati, dan tidak bisa masuk kedalam hati, dilanjutkan dengan keterangan hikmah ini bahwa nur Ilahi (makrifat) itu datang kehati hamba, tapi berhubung dalam hati itu penuh dengan gambaran makhluk dan kotor sebab dosa dan maksiat, maka nur tersebut tidak bisa masuk kehati karena sudah tidak ada tempat lagi. Keterangan hikmah ini sudah diterangkan pada hikmah ke 13 terdahulu, yaitu : Bagaimana hati bisa terang, sedang gambar-gambar dunia/ makhluk masih melekat dalam cermin hati.  Maka supaya Nur Ilahi bisa diizinkan masuk dan menetap kedalam hati dan ilmu makrifat dan asror bisa bercahaya dalam hati, haruslah mengkosongkan hati dari keduniaan dan segala sesuatu selain الله (makhluk). Bila cermin hati itu bersih dari kotoran dan gambar-gambar dunia, maka Nur/cahaya Ilahi itu bisa ditangkap oleh cermin itu. ```

لاَتَسْتَبْطِىءْ منهُ النَّوَّالَ ولٰكِنِ استَبْطىِءْ من نَفْسِكَ وُجُودَالاِقبالِ

219. “ Jangan merasa/ menganggap lambat datangnya karunia pemberian الله, tetapi hendaknya merasakan kelambatan dirimu (hatimu) dalam menghadap kepada Tuhanmu.”

Janganlah menganggap الله memperlambat pemberiannya kepadamu, tidak segera mengabulkan do’a dan hajat-hajatmu, tapi rasakan lambatnya dirimu dalam menghadap kepada الله.  Syeih Ma’ruf Al-Karkhi رضي الله عنه berkata : Mencari/ berharap masuk surga tanpa amal (kebaikan), itu dosa dari beberapa dosa, mengharap syafa’at (pertolongan) tanpa melalui sebab, itu bagian dari ghurur (mengada-ada), dan mengharap rahmat tanpa ketaatan itu perbuatan bodoh dan sia-sia.
Sedang kan menghadap kepada tuhanmu itu berarti : menunaikan hak/ kewajiban, hak-hak/ kewajiban itu ada dua bagian, sebagaimana hikmah ini:

اللهم اجعلنا من العلماء العاملين المخلصين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar