Name Calling (Penjulukan)
Propagandis memberikan label yang dibebani emosi pada seseorang atau sebuah negara yang menjadi sasarannya. Seperti, Saddam Husein diberi julukan “Pembantai dari Baghdad” . AS memberikan dua julukan pada muslim, yakni muslim moderat dan muslim garis keras. Muslim moderat adalah muslim yang tidak menentang AS, lalu ‘muslim garis keras/teroris/ fundamentalis’ adalah muslim yang menentang kebijakan dan kepentingan AS. Padahal, label untuk kelompok-kelompok non-muslim yang melakukan terror atau tindakan kekerasan disebut sebagai ‘kelompok pemberontak’. Penyebutan/penjulukan yang berbeda inilah sebagai salah teknik propaganda AS.
Transfer (Pengalihan Isu)
Amerika kerap memainkan isu-isu tentang terorisme, dimana seringkali amerika membuat isu-isu lain yang bertujuan agar kepentingannya tercapai. Semisal, ketika Amerika hendak melakukan invasi ke irak, Bush memunculkan isu bahwa irak mempunyai senjata nuklir (tidak terbukti setelah badan inspeksi senjata PBB melakukan penyelidikan). Lalu, invasi Amerika ke Afghanistan, Amerika memunculkan tuduhan dan isu bahwa afganistan bersekongkol dengan jarinagn teroris untuk menyerang WTC. Isu-isu yang dilanjarkan oleh Amerika pun berhasil, dan membuat opini publik seolah-olah invasi Amerika itu legal.
Testimony (Kesaksian)
Amerika menggunakan orang-orang yang kredibel, bergelar, terpandang, ilmuwan atau sebagainya untuk melakukan kesaksian bahwa islam itu agresif, teroris, dan kejam. Misal, pada elit pemeritahan AS ada kubu yang bernama konfrontaris. Kubu ini menyatkan bahwa islam tidak bisa sejalan dengan barat. Tokoh-tokohnya Bernawis Lewis, Samuel Huntington, Amos parlmutter. Dimana kita tahu bahwa orang-orang tersebut adalah ilmuwan yang terkenal. Amos parlmutter bahkan mengemukan bahwa islam merupakan sebuah gerakan revolusioner yang agresif, militant dan sama kejamnya dengan gerkan NAZI, FASIS, pada masa lalu. Islam tidak dapat didamaikan dengan barat yang kristen & sekuler. Karena itu, AS harus melumpuhkan gerakan ini.[5] Samuel P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilitation and the Remaking of World Order. “musuh terbesar peradaban Barat-Kristen pasca perang dingin adalah Islam”.
Card-Stacking (Tebang Pilih)
Teknik propaganda ini sering kali digunakan AS ketika ia melakukan sebuah ‘kejahatan’ dalam usaha mencapai tujuannya. Amerika hanya memilih fakta yang pasti mengguntungkan. Pilihan fakta ini biasannya digunkan untuk melakukan generalisasi. Semisal, Pemerintah AS mengeluarkan propaganda khusus untuk membantah diskriminasi Muslim di AS pasca Serangan 11 Septermber. Dalam iklan propaganda yang disiarkan di hampir seluruh Dunia Islam, dipilih fakta-fakta tertentu untuk mendukung tujuan tersebut. Empat orang warga AS yang berasal dari Arab bicara tentang kebebasan dan kesempatan hidup di Negeri Paman Sam itu. Padahal, banyak fakta lain di AS yang bertolak belakang dengan iklan tersebut diabaikan; seperti kewajiban cap jari bagi orang-orang dari Arab, Pakistan, dan negeri-negeri Islam lainnya; perusakan masjid dan Islamic Centre; gangguan terhadap wanita Muslimah di Amerika.
Frustation-Scapegot (menciptakan kambing hitam)
Teknik propaganda ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan kebencian dan melepaskan frustasi pada Islam dan pemeluknya. Amerika mengkambing hitamkan islam sebagai pemecah belah, agama intoleran, teroris, perusak dan sebagainya. Padahal pada faktanya, demokrasi dan kebebasan Amerika lah biang keladi kerusakan dan perpecahan. Contoh : akibat “pen-demokrasi-an” irak oleh Amerika (, Irak makin terjerumus pada perang saudara antara Syiah, Sunni, dan kurdi.
Bandwagon (Seruan Mengikuti Mayoritas)
Teknik propaganda ini bertujuan untuk memanfaatkan keinginan pendengar untuk menjadi bagian atau satu sikap dengan banyak orang. Semisal, mengutip Gorge W. Bush , “either you are with us or you are with terrorist” , seruan dari bush itu menunjukan bahwa masyarakat harus mengikuti mayoritas (Amerika), jika mentenag seruan tersebut disebut minoritas (Terorist), dimana kita tahu bahwa yang menentang berbagai kepentingan AS saat ini adalah kelompok islam.
Fear Arousing (Membangkitkan Ketakutan)
Teknik ini berupya untuk menimbulkan rasa takut. Tujuanya untuk membangun dukungan dengan menanamkan ketakutan di dalam populasi yang umum, targetnya yakni masyarkat dunia secara kesuluhan. Seperti, fenomena Islamhobia, dimana masyarakat akan takut jika ada orang yang memakai jilbab panjang, cadar, berjenggot, menyangka bahw mereka itu teroris. Implementasi ketakutan itu dapat dilihat di peraturan di prancis tentang larangan pemakain Jilbab. Selain itu, propaganda AS tentang serangan ISIS di Amerika juga termasuk fear appeal, Wartawan investigasi Wayne Madsen mengatakan ancaman akan terjadinya lebih banyak serangan oleh isis di daratan amerika hanyalah “propaganda intelijen AS” yang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan di kalangan rakyat amerika.
Bârakallâhu fîik
📝 Rayonpancasila.or.id
🔊 Ilustrasi BossDarling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar