Bacaan-bacaan dalam sholat ada yang termasuk rukun dan ada juga yang tergolong sunnah. Rukun Sholat telah disebutkan secara urut dan rinci pada artikel Rukun Sholat. Di antara bacaan dalam sholat sekaligus urutan tata cara sholat fardhu adalah sebagai berikut:
Berdiri tegak menghadap kiblat dan sambil mengucap niat untuk mengerjakan shalat. Niat sholat adalah sesuai dengan shalat yang sedang dikerjakan. Cek tautan artikel Niat Sholat untuk membaca lebih lanjut tentang beragam niat sholat.Kemudian takbiratul ihram (mengangkat kedua tangan sambil membaca: Allaahu akbar(Allah Maha Besar).Kemudian kedua tangan disedekapkan pada dada dan membaca do’a iftitah:
للهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. أِنِّ وَجَّهْةُ وَجْهِيَ ِللذِيْ فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلآَرْضَ حَنِيِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمْحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Allaahu akbaru kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw waashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.”
Artinya:
“Allah Maha Besar, Maha Sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang islam.”
Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah:
.بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم . مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
.اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maalikiyaumiddiin. Iyyaaka na’budu waiyyaaka nasta’iinu. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin. Aamiin.”
Artinya:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penguasa hari pembalasan. Hanya kepada-Mu lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu lah aku memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang telah Kau berikan nikmat, bukan jalannya orang-orang yang Kau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.”
Dilanjutkan dengan membaca salah satu surah pendek atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an.Ruku’
Selesai membaca surat, lalu kedua tangan diangkat setinggi telinga dan membaca Allaahu akbar, kemudian badan dibungkukkan, kedua tangan memegang lutut dan ditekankan. Usahakan antara punggung dan kepala supaya rata. Setelah sempurna, kemudian membaca:
“Subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdih”. (3x)
Artinya:
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.” (3x)
I’tidal
Setelah ruku’, kemudian bangkit tegak dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil membaca:
“Sami’allaahu liman hamidah.”
Artinya:
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”
Setelah itu berdiri tegak lalu membaca:
“Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wa mil ‘ulardhi wa mil ‘umaasyi’ta min syai’in ba’du.”
Artinya:
“Ya Allah Tuhan Kami. Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh barang yang Engkau kehendaki sesudah itu.”
Sujud
Selesai I’tidal lalu sujud; dengan meletakkan dahi di alas shalat. Ketika turun, yaitu dari berdiri i’tidal ke sujud sambil memabca Allahuu akbar. Dan saat sujud membaca tasbih:
“Subhaana rabbiyal a‘laa wa bihamdih.” (3x)
Artinya:
“Maha Suci Allah, serta memujilah aku kepada-Nya.”
Duduk di antar dua Sujud
Setelah sujud lalu bangun untuk duduk sambil membaca Allaahu akbar, dan saat duduk membaca:
“Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii.”
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan angkatlah derajatku dan ebrilah rezeki kepadaku, dan berilah aku petunjuk, dabn berilah kesehatan bagiku dan berilah ampunan kepadaku.”
Sujud Kedua, Sujud kedua, ketiga, dan keempat dikerjakan seperti sujud pertama baik cara maupun bacaannya.Tasyahud Awal
Pada raka’at kedua (jika kita Shalat kecuali shalat Subuh), kita duduk membentuk tasyahud awal dengan sikap kaki kanan tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca tasyahud awal:
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ، اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،
“Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibadadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad.”
Artinya:
“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya (tetap tercurahkan) atas mu, wahai Nabi (Muhammad). Semoga keselamatan (tetap terlimpahkan) atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.”
Selesai Tahiyat Awal, lalu berdiri kembali dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil membaca Allaahu akbar untuk mengerjakan raka’at ketiga (cara-caranya sama seperti raka’at pertama (tanpa dimulai membaca do’a Iftitah dan sesudah membaca surat Al-Fatihah tidak membaca surat pendek maupun ayat-ayat Al-Qur’an).
Selesai raka’at ketiga, langsung mengerjakan raka’at keempat (cara-caranya sama seperti raka’at kedua, hanya saja setelah sujud terakhir (sujud kedua) lalu duduk kaki bersilang (tawarruk) atau tahiyat akhir.
Tahiyatul Akhir
Cara duduknya; usahakan pantat menempel di alas shalat dan kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan. Jari-jari kaki kanan tetap menekan ke kiri alas shalat. Bacaan tahiyat akhir sama seperti bacaan tahiyat awal ditambah dengan bacaan berikut ini:
“Wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad.”
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad SAW.”
Disunatkan membaca Shalawat Ibrahimiyah :
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Kamaa shallaitaa ‘alaa sayyidinaa ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.
Artinya:
“Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim beserta keluarganya. Di seluruh alam semesta Engkaulah Yang Terpuji dan Maha Mulia.”
Salam
Selesai tahiyat akhir, kemudia salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri sambil membaca:
“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.”
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”
Baca Juga: Dzikir Setelah Sholat
Pada waktu salam pertama kita terlebih dahulu menengok ke sebelah kanan, baru ke sebelah kiri. Dengan salam, berarti shalat kita telah selesai.
Referensi
Hukum Membaca Iftitah dan Tahiyat Akhir – nu.or.id Tuntunan Sholat Untuk Warga NU dan dalil-dalilnya, Agustus 2014, LTM-PBNU
SEMANGAT SHOLAT FARDHU
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
1. Mengucapkan doa istiftah. Lafaz doa istiftah adalah sebagai berikut:
“Subhanakallahuma wabikhamdika wa tabarakasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaha ghairuka...”
“Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu, Mahasuci nama-Mu, Mahatinggi keagungan-Mu, dan tidak ada Rabb selain Engkau,” (HR At-Tirmidzi: 242, 243, dan Abu Daud: 775, 776).
2. Membaca isti’adzah pada rekaat pertama dan membaca basmalah dengan pelan pada setiap rakaat. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk,” (An-Nahl: 98).
3. Mengangkat kedua tangan sampai bahu/pudak ketika takbiratul ihram, ruku, bangun dari rukuk, dan berdiri pada rekaat yang kedua. Hal ini berdasarkan penuturan Ibnu Umar,
“Sesungguhnya Nabi jika berdiri mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan bahunya kemudian bertakbir.” Jika hendak rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu juga, dan apabila mengangkat kepalanya dari rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu juga, lalu beliau mengucapkan:
“Samiallahu liman khamidahu rabbana wa lakal khamdu...”
“Semoga Allah mendengarkan pujian orang yang memuji-Nya, wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji,” (HR At-Tirmidzi: 242, 243, Abu Daud: 775, 776, dan Ibnu Majah: 804, 806).
4. Mengucapkan, “Aamiin,” setelah membaca Surat Al-Fatihah. Hal ini berdasarkan riwayat apabila Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam membaca, “Ghairil maghdzu bi alaihim wa ladz dzhaaalliin...” maka beliau mengucapkan, “Aamiin” dengan memanjangkan suaranya,” (HR Abu Daud: 57, kitab Istifathush shalat).
Beliau bersabda, “Apabila Imam membaca, ‘Ghairil maghdzu bi alaihim wa ladz dzhaaalliin...’ maka ucapkanlah, “Aamiin” karena sesungguhnya barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan para malaikat, maka ia akan diampuni dari dosanya (yang kecil) yang telah lewat,” (HR Al-Bukhari: 1/198).
5. Mengucapkan variasi panjang-pendek bacaan surat-surat Al-Quran saat shalat.
Yaitu memperpanjang bacaan pada shalat Subuh, dan memendekkannya pada shalat Ashar dan Maghrib, serta bersikap pertengahan ketika melakukan shalat Isya dan Dzhuhur.
Hal ini berdasarkan sebuah riwayat bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahuanhu pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asyari, “Bacalah pada shalat subuh surat-surat mufashal yang panjang-panjang, dan bacalah pada shalat dzhuhur surat-surat mufashal yang tengah-tengah, dan bacalah pada shalat maghrib surat-surat yang pendek-pendek,” (HR At-Tirmidzi: 111, kitab Al-Muwaqit: 306).
6. Mengucapkan doa di antara dua sujud.
“Rabbighfirlii warkhamni wa afini wahdini wardzuqnii...”
“Ya Allah ampunilah dosaku, sayangilah aku, berilah aku kesehatan, berilah aku petunjuk, serta berilah aku rezeki,” (HR An Nasai: 172, kita Al-Iftitah). Berdasarkan riwayat bahwasanya Nabi Muhammad mengucapkan doa tersebut pada saat di antara dua sujud.
7. Mengucapkan doa qunut pada rekaat kedua sholat subuh, atau pada rekaan terakhir shalat witir.
Hal ini dilakukan setelah membaca surat atau setelah bangkit dari rukuk. Salah satu redaksi doa qunut tersebut seperti:
“Allahumah dini fiiman hadain, wa afini fiiman afain, watawalina fiiman tawallait, wabarikli fiima a’thait, waqini washrif anni syarra maa qadhait, fainnaka taqdhi wala yuqdha alaik, innahu laayadzillu man walait, wa laa yaghizzu man adait, tabarakta rabbana wata alait, Allahumman inni audzubika birridzhaka min syakhatika, wabimuafatika min uqubatika, wabika minka laa ukhshi tsana a alaik, anta kamaa atsnaita ala nafsika...”
“Ya Allah! Berilah kau petunjuk seperti orang lain yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku kesehatan seperti orang lain yang Engkau beri kesehatan, berilah aku kekuatan seperti orang lain yang Engkau beri kekuatan, dan berilah keberkahan padaku (rezeki) dari apa yang telah Engkau berikan, dan lindungilah aku dan palingkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau putuskan, karena sesungguhnya tidaklah hina orang yang Engkau beri dia pertolongan, dan tidaklah mulia orang yang Engkau musuhi, Mahasuci Engkau Rabb kami lagi Mahatinggi, ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dengan keridhaan-Mu dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan dengan-Mu dariMu, tidak dapat aku hitung pujian kepada-Mu, seperti Engkau memuji diri-Mu.”
Catatan: Qunut pada shalat subuh diriwayatkan shahih oleh Imam Bukhari dan Muslim, dan Qunut pada rakaat shalat witir diriwayatkan shahih oleh Imam At-Tirmidzi dan Ash-habussunan seperti Abu Daud: 5, Kitab Witir, An-Nasai: 51, Kitab Qiyamullail, dan Imam Ahmad: 1/119, 200.
8. Posisi duduk dalam shalat
Posisi duduk yang dicontohkan Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam dalam sifat shalatnya, yaitu duduk iftirasy pada setiap kali duduk, dan duduk tawarruk yang dikerjakan pada rekaat terakhir. Duduk iftirasy adalah kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri. Sedangkan duduk tawarruk adalah menegakkan kaki kanan dan memasukkan kaki kiri di bawah paha dan betis kanan dan pantat sebelah kiri menyentuh langsung ke tempat duduk dan menjadikan tangan kirinya di atas lutut yang kiri dengan membentangkan jari-jarinya.
Adapun tangan kanan mengepalkan jari jemarinya serta menunjuk dengan jari telunjuk, dan menggerakkan jari ketika membaca tasyahud. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam apabila duduk dalam tasyahud beliau meletakkan tangan kanannya di atas pahanya yang kanan, dan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, dan menunjuk dengan jari telunjuk, serta pandangannya tidak melebihi apa yang ditunjuknya,” (HR Muslim: 113, KitabA-Masajid).
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
9. Meletakkan kedua tangan di atas dada, dan posisi tangan kanan berada di atas tangan kiri.
Hal ini berdasarkan perkataan Sahal, “Orang-orang diperintahkan untuk menaruh tangan kanannya di atas lengan krinya dalam shalat.” Juga berdasarkan perkataan Jabir:
“Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam pernah melewati (menjumpai) seorang laki-laki yang sedang sholat dan dia meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya, lalu beliau merubah tangan orang tersebut dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya,” (Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uzzawaid: 2/104, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan isnad yang shahih).
10. Berdoa ketika sujud
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Ingatlah! Sesungguhnya aku dilarang membaca Quran ketika rukuk dan sujud, adapun dalam ruku, maka agungkanlah Rabb, dan adapun dalam sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa kalian layak untuk dikabulkan,” (HR Muslim: 1/738).
11. Berdoa ketika tasyahud akhir setelah bershalawat kepada Nabi Shalallahu’alaihi wasallam dengan lafadz ini:
“Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa min ‘adzabil qubri, wa min fitnatil makhya wal mamaati, wa min syarri fitnatil masyikhid dajjali...”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Apabila salah seorang dari kalian telah selesai membaca tasyahud akhir maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal: Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejelekan firnah Al-Masih Ad-Dajjal,” (HR Muslim: 1/412, 130, Kitab Al-Masajid).
12. Memulai salam dengan menoleh ke sebelah kanan
13. Salam yang kedua menoleh ke sebelah kiri.
Berdasarkan riwayat:
“Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam mengucapkan salam ke sebelah kanan dan kirinya sampai terlihat pipinya yang putih,” (HR Ibnu Majah: 1/296, Imam Ahmad: 8/483, Abu Daud: 74).
14. Berdzikir dan berdoa setelah salam
Hal ini berdasarkan hadist-hadist berikut:
Tsauban menuturkan, “Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam apabila beliau selesai dari shalatnya beliau beristighfar tiga kali (astaghfirullah) dan berdoa,
“Allahumman antassalaam, wa minkassalaam, tabarakta dzal jalaali wal ikraam...”
“Ya Allah! Engkau Maha selamat dan dari-Mu keselamatan, Mahasuci Engkau wahai Yang Maha memiliki kebesaran serta kemuliaan,” (HR Muslim: 414).
Mu’adz bin Jabal menuturkan, “Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam pernah pada suatu hari memegang tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz! Sungguh aku mencintaimu..., aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, Janganlah kamu lewatkan pada setiap selesai shalat untuk berdoa,”
“Allahumman a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa khusni ‘ibaadatika...”
“Ya Allah! Bentulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepadaMu, dan bantulah aku untuk memperbagus ibadah kepadaMu,” (HR Abu Daud: 1522, dan Al-Hakim: 1/373, dan menshahihkannya).
Mughirah bin Syu’bah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam berdoa setiap kali selesai shalat fardhu:
“Laa ilaha illa Allah wakhdahu laa syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir. Allahumma laa maa ni’a lima a’thaita, wa laa mu’tiya limaa mana’ta, wa laa yan fa’u dzal jaddi minkal jaddu...”
“Tidak ada Illah (yang berhak disembah) selain Allah, tiada satu pun sekutu bagiNya, kepunyaanNya lah segala kerajaan, segala puji bagiNya, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah! Tidak ada penghalang dari apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, serta tidak akan memberikan manfaat bagi pemilik kemuliaan (kekayaan) karena dariMu lah kemuliaan itu berasal,” (HR Al-Bukhari: 2/8).
Abu Umamah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca ayat Kursi setelah setiap kali selesai shalat, tidak ada yang dapat menghalanginya dari memasuki surga kecuali mati,” (Disebutkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath: 8/92, 17/377, dan An-Nasai dalam As-Sunah Al-Kubra: 6/30).
Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa bertasbih setiap kali selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, serta bertakbir tiga puluh tiga kali, maka itu semua berjumlah sembilan puluh sembilan, lalu menyempurnakannya menjadi seratus dengan mengucapkan: ‘Laa ilaha illa Allah wakhdahu laa syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir,’ maka dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan,” (HR Muslim: 146, kitab Al-Masajid).
Sa’ad bin Abi Waqash menuturkan bahwa setiap kali Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam selesai shalat, beliau beristi’adzah (berlindung kepada Allah) dengan mengucapkan doa:
“Allahumman inni a’udzu bika minal bukhli, wa a’udzu bika minal jubni, wa a’udzu bika min an uradda ila ardalil umuri, wa a’udzu bika min fitnatid dunyaa, wa a’udzu bika min ‘adzabil qabri...”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kebakilan, aku berlindung kepadaMu dari sikap pengecut, aku berlindung kepadaMu dari kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia, sera aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur.” Sa’ad bin Abi Waqqash pun mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya, (HR Al-Bukhari: 8/97, 98, 103). Wallahu’alam bish shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar