Senin, 15 Oktober 2018

Materi: AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH

Oleh : Buya Yahya
( Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي حبَّب العبادة إلى المتقين، وحبَّب قلوبهم للانشغال بطاعة رب العالمينوجنبهم من البدعة والضلالة, والصلاة والسلام على سيدنا ونبينا محمد وعلى آلهوأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين

🗒 Muqoddimah...

➡Sesuatu yg paling berharga yg diberikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah aqidah yg benar.
Maka ilmu yg membahas tentang aqidah yg benar, adalah ilmu yg amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yg lainya.
Dan diskusi-diskusi yg diadakan jika hal itu untuk membela dan menjaga aqidah yg benar, maka itu adalah sebaik-baik diskusi.

Saat ini kami sungguh sangat berbahagia jika pada kesempatan ini kami para alim Ulama, untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan bagaimana upaya kita untuk menjaga aqidah umat.
Kami yakini bahwa kita semua akan senantiasa dalam lindungan dan pertolongan Allah sesuai janji Allah Q.S. Al-Ankabut : 69 :

وَالَّذِينَجَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَالْمُحْسِنِينَ (٦٩)

69. dan orang-orang yg berjihad untuk (mencari keridhaan)Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.
Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yg berbuat baik.
 
“ Dan mereka yg bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku, sungguh Aku akan memberi petunjuk kepada mereka ”.

Menjaga aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yg diberikan oleh para Ulama kepada mereka, kapan dan dimanapun berada.
Lebih-lebih disaat merebaknya fitnah-fitnah yg menggerogoti aqidah-aqidah seperti yg kita rasakan, dan saksikan padasaat ini.
Bahkan ada diantara kita yg sudah keropos aqidahnya, namun ia tidak merasa tergerogoti.

Umat islam adalah umat yg besar, akan tetapi sering lengah dengan jumlah yg besar ini, sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati hal-hal yg disusupkan oleh musuh-musuh Allah dalam tubuh umat Islam.
Maka dalam kesempatan pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yg benar, untuk bisa menjadi bekal bagi kita di dalam menegakkan dan menjaga aqidah umat Islam dunia dan Indonesia khususnya.
Yg Alhamdulillah dari generasi ke generasi mereka pada aqidah yg benar yaitu ahlussunnah wal jama'ah.

*# Pertolongan Pertama Di Zaman Fitnah Aqidah*

Yg kami maksud pertolongan pertama dizaman fitnah aqidah ini adalah, bagaimana kita menghadirkan hal terpenting dan  mendesak yg dibutuhkan oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yg benar.

Ada dua hal yg secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting, akan tetapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih, karena dari situlah kesesatan akan masuk.
Dua hal tersebut, yg pertama adalah mengenal sebuah identitas, dan yg kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.

1. Mengenal Sebuah Identitas

Didalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yg benar, sangat sulit kalau seandainya hanya dalam ceramah yg singkat, atau dalam pertemuan yg sesa'at.
Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah identitas dalam diri, kebenaran aqidahnya bisa dengan sangat mudah dijaga, dan dikontrol, agar seseorang  tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yg salah atau sesat.

Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah didalam keseharian mereka, mulai dari tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid secara bersamaan (Asroqolan Atau Marhabanan), yg sungguh itu semua adalah amaliyah yg benar, dan telah menjadi ciri khas aqidah yg benar, biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yg lebih penting bukan didalam amaliah-amaliyah tersebut.
Kalau kita cermati para Ulama terdahulu dalam urusan aqidah, dan amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit.

Hingga terkadang seorang muslim awam ahlussunnah wal jama'ah dengan kualitas aqidahnya yg sudah benar, akan tetapi dia tidak mampu untuk menjelaskan ahlussunnah wal jama'ah dengan panjang, dan lebar, dengan pemaparan ilmiyah.

Padahal sebetulnya penjabaran  makna aqidah ahlussunnah wal jama'ah secara panjang-lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh Ulama-Ulama terdahulu, dengan metode yg sangat sederhana, dan kemasyaratan, sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.
Cara penjabaran, dan pemaparan luas, dan halus, amatlah tepat pada masa disaat  fitnah aqidah belum banyak tersebar.

Akan tetapi disaat fitnah aqidah merebak dimana-mana, dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi, Kita harus bisa mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah.
Kita bisa saksikan disaat munculnya ahli fitnah, yg tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah ahlussunnah wal jama'ah.
Orang-orang awam pun diam karena tidak tahu kalau mereka sendiri yg dicaci, karena mereka tidak mengenal identitas diri mereka sendiri.

Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yg secara hakikatnya memang kurang penting, sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit dan bukan subtansi aqidah.
Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam kondisi mendesak, dan darurat, kami anggap mengenal identitas diri saat ini amat diperlukan, yaitu disaat  merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu-pemalsu aqidah.

Sebab lain yg menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah, karena banyaknya orang yg memusuhi aqidah para Ulama Ahlussunnah.
Yg mereka pun yg meng-gemborkan syi’ar, dan slogan Ahlussunnah wal jama'ah, dan menamakan diri mereka Ahlussunnah wal jama'ah.

Jadi pengenalan identitas ini disaat ini sangatlah penting, untuk membedakan Ahlussunnah wal jama'ah yg sesungguhnya dengan Ahlussunnah wal jama'ah yg palsu.
Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan antara Ahlussunnah wal jama'ah yg palsu, dan yg Ahlussunnah wal jama'ah yg sesungguhnya, dengan kajian ilmiah didalam pembahasan berikutnya.

Identitas yg kami maksud adalah:
Islam
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Asy’ariyah atau Maturidiyah.
Shufiyyah
Pengikut salah satu 4 madzhab

Seseorang yg ber'aqidah yg benar adalah seorang Muslim, Sunni, Asy’ari, Shufi dan Bermadzhab.
Artinya dizaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar, jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja.
Sebab Islam sekarang bermacam-macam, dan alangkah banyaknya Islam yg dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.

Oleh sebab itu, dalam irama pembuktian kebenaran aqidah seorang muslim harus dilanjutkan dengan ikrar, bahwa dirinya adalah muslim Ahlussunnah wal jama'ah.
Dan dengan jawaban sebagai muslim Ahlussunnah wal jama'ah saja ternyata belum cukup, karena adanya pemalsu-pemalsu Ahlussunnah wal jama'ah yg mereka adalah musuh-musuh Ahlussunnah wal jama'ah.
Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar, bahwa dirinya adalah pengikut Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy’ariyah.

Dan orang yg mengatakan dirinya sebagai Asy’aliyah, atau pengikut Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yg sepertinya mengagungkan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ternyata mereka adalah musuh-musuh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari sendiri.
Dan pengikut Imam Abul Hasan Al-Asy'ari yg benar adalah, mereka yg berani mengatakan dirinya adalah pengikut para Ahli Tasawwuf (Shufiyyah), didalam ilmu mendekatkan diri kepada Allah.
Maka seorang Asy’ari yg benar haruslah dia yg berkeinginan untuk menjadi seorang shufi, dan mencintai ahli Tasawwuf .
Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli Tasawwuf.
Dan memang kita akui ada segelintir orang yg menodai citra Tasawwuf, dan itu tergolong orang yg sesat mengaku bertasawwuf.

Adapun Tasawwuf adalah, ilmu untuk membersihkan hati dalam irama mencari ridha Allah.
Maka sangat sesat orang-orang yg memusuhi Tasawwuf biarpun dia mengaku Ahlussunnah, dan biarpun mereka juga mengakui Imam Abul Hasan Al-Asy’ari.

Dan yg terakhir adalah identitas Ahlussunnah wal jama'ah.

Didalam masalah fiqh mereka adalah orang-orang yg mengikuti kepada Imam Madzhab yg 4, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad Bin Hambal.
Dalam bahasa fiqh kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari Imam 4 Madzhab.

Identitas terakhir ini juga sangat perlu disampaikan, sebab pada zaman akhir ini telah muncul orang yg mengaku Ahlussunnah wal jama'ah, akan tetapi dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci Taqlid, bahkan hingga sampai mencaci-maki, dan bahkan merendahkan para Ulama-Ulama yg bertaqlid.
Maka bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah Ahlussunnah wal jama'ah yg benar.

Maka orang sesat adalah orang yg mengaku Islam, tetapi  bukan Ahlissunah, membenci Asy’ariyah, membenci Tasawwuf, dan tidak mau bermadzhab.
Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yg beraqidah benar, ditengah-tengah kesesatan ummat.

2. Manhaj Talaqqi

Talaqqi adalah pengambilan ilmu  dengan memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan, keilmuan, antara guru dengan murid.
Hal yg semacam ini sangat berarti dalam irama menjaga, dan mengkaji Ahlussunnah wal jama'ah yg benar.
Disini bukan berarti seseorang tidak boleh memperluas ilmu dengan cara membaca, akan tetapi disini lebih ditekankan kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yg benar, yg diambil dari guru yg jelas terlebih dahulu, sebelum dia mengembara dengan akal pikirannya keberbagai disiplin ilmu, atau untuk menela'ah pemikiran-pemikiran aqidah yg berbeda.

Dan pada dasarnya cara ini sudah mengakar, dan membudaya dilingkungan pesantren-pesantren salaf, yg diasuh oleh para Ulama, dengan metode sorogan atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat-perkalimat, dari awal hingga akhir.
Seperti yg sangat kita sering dengar, dengan pengenalan kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam, Jauharotuttauhid, dan yg lainnya, yg secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari aqidah Ahlussunnah wal jama'ah.
Maka menjaga mata rantai dan kesinambungan keilmuan seperti ini adalah sangat penting.

Dan dalam pengamatan kenyata'an dizaman ini, kita tidak menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para pendahulunya, dan cara yg di anut oleh pendahulunya dalam mengambil lmu.

Ada 3 hal, yg amat penting untuk kita cermati dalam masalah Manhaj Talaqqi terhadap kerusakan aqidah Ahlussunnah wal jama'ah  .

1. Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah yg benar, melalui kitab-kitab yg benar dengan manhaj talaqqi.
Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa jika ada pesantren, atau ada lembaga pendidikan yg tidak berpegang kepada manhaj talaqqi sudah tidak ada lagi, maka yg terjadi adalah mudah tercemar oleh aqidah yg sesat.

2. Manhaj Talaqqi masih diberlakukan, akan tetapi itu hanya sekedar pembaca'an rutin tanpa ditindak lanjuti dgn kajian yg lebih dalam.
Hal ini akan menjadikan seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah yg sesat, karena disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah yg mereka tekuni.
Disisi lain virus kesesatan bertebaran melalui media-media yg saat ini menjadi lebih dekat kepada masyarakat, seperti televisi, radio, dan buletin-buletin yg semua itu lebih mudah dibaca dengan bahasa lokal yg mudah di fahami, seiring berkembangnya dunia tehnologi.
Sementara penyeru kesesatan pun sangat gigih dalam menyebarkan kesesatan.

3. Semangat ingin tahu kepada agama yg tinggi yg tidak dibarengi dengan bimbingan seorang guru, dan ahanya mengandalkan kemampuannya dalam membaca buku-buku yg ditemukannya ditoko-toko buku, atau yg dibaca melalui internet.
Hal yg semacam inilah yg telah kami cermati benar-benar, menjadikan aqidah kita semakin hari semakit keropos.

Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya membuat radio-radio, mencetak buku-buku murah, dan gratis, serta selebaran yg dibagi secara cuma-cuma.
Sebagai contoh, dikebanyakan kota kabupaten, penyebar aqidah sesat itu berusaha untuk mempunyai radio, karena mereka yakin dengan adanya radio mereka bisa mempengaruhi masyarakat luas, yg sebenarnya dihati mereka ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama.
Dengan membuat stasiun radio, ternyata tanpa kita sadari telah berpengaruh besar terhadap kesesatan.

Justru kita sebagai pembawa aqidah yg benar, kita kurang berfikir maju untuk menguasai media informasi demi membendung arus penyesatan aqidah.
Hubungannya dengan manhaj Talaqqi yg kami sebut adalah, kita jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan manhaj Talaqqi.
Dan kita harus berusaha agar media-media yg ada, dan juga toko-toko buku, bisa dipenuhi oleh orang-orang yg mempunyai aqidah yg benar, dan menekuni manhaj Talaqqi.
Dan jangan membaca buku aqidah, kecuali atas petunjuk guru yg mempunyai manhaj Talaqqi.

# Hakekat AhlusSunnah Wal Jama'ah

Ahlussunnah wal jama'ah adalah manhaj beraqidah yg benar dengan dua ciri.
Pertama, mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Kedua, mereka juga sangat mencintai sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Maka tidak cukup orang mengaku beragama Islam, akan tetapi dengan mudahnya mereka mencaci para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Dan yg keluar dari Ahlussunnah wal jama'ah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata’asyariyah), dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah  mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Akan tetapi mereka merendahkan para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam, akan tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Dan yg keluar dari Ahlussunnah wal jama'ah model ini diwakili oleh mereka yg mempunyai ciri khas yaitu, yg tidak peduli dengan urusan ahlul bait Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, mereka mencoba merendahkan sayyidina Ali bin Abi Tholib, biarpun disisi lain mereka mengakui para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Ringkasnya Ahlussunnah wal jama'ah adalah, mereka yg memuliakan ahlu bait, dan sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Ada diantara orang-orang yg mengaku mengagungkan, dan memuliakan para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, dan ahlu bait Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Akan tetapi mereka punya penafsiran-penafsiran tentang aqidah yg jauh dari kitab Allah, dan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, yaitu dari kaum Jabariah dan Qodariyah.

Disaat seperti itu muncul lah seorang yg dinobatkan sebagai Imam besar, yg telah  berusaha untuk membersihkan aqidah Ahlussunnah wal jama'ah yg benar, dari unsur luar dan menjerumuskan.
Dan muncul lah cetusan-cetusan ilmu aqidah yg benar yg dari masa ke masa, dan menjadi pegangan umat Islam sedunia, yaitu aqidah AhlusSunnah Wal Jama'ah Asy’ariyah.

Asy`ariyah adalah sebuah pergerakan pemikiran, pemurnian aqidah yg dinisbatkan kepada Imam Abul Hasan Al-Asy`ariy.
Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 935 Masehi.
Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.

Imam Abul Hasan Al-Asy`ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yg bernama Al-Jubba`i, seorang tokoh, dan guru dari kalangan Mu`tazilah.
Sehingga Imam Abul Hasan Al-Asy`ari mula-mula menjadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H.

Namun setelah beliau mendalami paham Mu`ta-zilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara beliau dengan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah.
Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`tazilah, dan beliau pun keluar dari paham itu, dan kembali kepada pemahanan AhlusSunnah Wal Jama'ah.

Imam Abul Hasan Al-Asy`ari telah berhasil mengembalikan pemahaman sesat kepada aqidah yg benar, dengan kembali kepada apa  yg pernah dibangun oleh para salaf (Ulama sebelumnya), dengan senantiasa memadukan antara dalil nash (Naql), dan logika (`Aql).
Dengan begitu beliau berhasil melumpuhkan para pendukung Mu`tazilah, yg selama ini menebar fitnah ditengah-tengah ummat  AhlusSunnah.

Bisa dikatakan sejak berkembangnya aliran Asy`ariyah inilah, Mu`tazilah berhasil diruntuhkan.
Dan kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu mempunyai peran dalam membela aqidah yg benar, aqidah AhlusSunnah Wal Jamaah.

Dan terbukti dalam sejarah perkembangan Islam, Ulama Asya’iroh lah yg memenuhi penjuru dunia, mereka lah ahli sunnah yg sesungguhnya.
Apalagi pakar aqidah yg semasa dengan Imam  Abul Hasan Al-Asy’ari yaitu Imam Abu Mansur Almaturidi, secara umum tidak ada perbeda'an diantara keduanya.
Hanya karena yg tersebar di Indonesia, maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah.

Wallahu a’lam Bishshawab

MAJELIS ALBAHJAH BANDUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar