:: Siapakah Ulama Pewaris Sayyidina Rasulullah Saw. Yang Sesungguhnya? ::
Dalam sebuah hadits menyatakan bahwa ( العلماء ورثة الأنبياء ),
“Ulama adalah pewaris para Nabi”. Secara realitas, kita pun dihadapkan dengan banyaknya figur yang berbangga diri untuk mengaku dirinya sebagai ulama atau dijuluki ulama. Sifat-sifat kenabian yang seharusnya dimiliki oleh seorang ulama, haruslah menjadi sosok yang dapat ditiru kebaikannya.
Namun ulama masa kini, banyak kita temukan, tidak sedikit jumlahnya, yang justru masih teramat jauh dari kriteria tersebut.
Lalu, bagaimana kita tahu siapakah yang sebenarnya ulama atau pewaris nabi itu?
*Terkait hal ini, (Sang Imam pembaharu pada zamannya) Imam Muhammad Maadhi Abu al 'Azaim, pendiri Thariqat Azmiyyah menjawab* :
"مَنْ تَكَمَّلَ عِلْمًا وَتَكَمَّلَ أدَبًا صَارَ وَارِثًا لِرَسُوْلِ اللهِ"
" *Barangsiapa yang menyempurnakan ilmu dan adabnya, maka ia akan menjadi pewaris Sayyidina Rasulullah Saw* ."
Dari jawaban Imam Abu 'Azaim tersebut, perlu kita garis bawahi, bahwa hakikat dari 'Pewaris para Nabi' ialah, seorang ulama yang berilmu dan berakhlak terpuji.
Menurut kisah, banyak sekali ulama-ulama turots, yang kitab-kitab agungnya bisa dikaji hingga sekarang, bahkan terkadang sampai melakukan perbuatan yang tidak masuk akal dan terlintas dibenak manusia, dalam mengaplikasikan keilmuannya. Contohnya seperti apa yang pernah dilakukan oleh Imam as-Sonhaji, pengarang kitab al- Jurumiyah, yang pernah membuang kitabnya di laut, lalu beliau mengatakan, “Jikalau kitab ini bermanfaat dan diridloi oleh Allah Ta'ala, maka kitab ini akan kembali kepadaku walaupun sudah dibuang jauh-jauh.”
Hatta, setelah beberapa hari kemudian, akhirnya kitab ini dapat kembali di temukan oleh salah satu muridnya, dan masih dalam keadaan utuh. Walaupun kertas itu di tulis dengan tinta, akan tetapi isi tulisan didalamnya masih dalam keadaan baik, dan langsung diberikan kembali kepada Imam as-Sonhaji. Sebuah pertanda bahwa ilmu yang beliau tuliskan, benar-benar mendapat anugerah ridho dari Allah Ta'ala. Sebab keikhlasan Imam as Sonhaji dalam menyusun kitab al Jurumiyyah ini, tanpa mengharap imbalan atau royalti apapun, melainkan hanya untuk mendapat balasan dari Allah Swt.
Dan inilah, cerminan atau contoh adab seorang hamba kepada Allah SWT. yang tidak lain hanyalah mengharap ridho dari Sang Pencipta semata, Allah 'azza wa jalla.
Ulama-ulama terdahulu dalam pengembaraan intelektual dan spiritualnya, sebelum memahami ilmu agama (Syari'at) mereka senantiasa mewajibkan dirinya untuk belajar tentang ilmu adab (Hakikat). Ilmu adab yang mereka tekuni saja bahkan bisa menghabiskan waktu sampai 20 tahun lamanya, dan setelah itu barulah mempelajari ilmu syari'at. Karena dengan belajar ilmu adab terlebih dahulu, para ulama terdahulu jauh lebih bisa menghormati ilmu itu sendiri, dan mengetahui bagaimana memposisikan dirinya sebagai pencari ilmu.
Untuk itu Saudaraku, berpandai-pandailah dalam mencari guru atau ulama, yang tidak hanya mampu menguasai pelbagai ilmu agama, akan tetapi juga mampu mengajarkan tentang adab. Sebab, dengan adab itulah, yang kelak akan membawa murid-muridnya untuk senantiasa selalu berada di jalan Allah Swt.
Dalam karya monumentalnya kitab Al Hikam, lbnu Atthaillah as Sakandari menuliskan :
"لاَ تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ، وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ"
"Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidaklah membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidaklah membimbingmu di jalan menuju Allah Swt."
Saudaraku, apabila kita temui seorang guru atau ulama yang mengajak ummat kepada permusuhan dan perpecahan, maka hal ini sangat perlu kita waspadai. Karena hakikat islam sejatinya, adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan kesatuan ummat.
Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh salah seorang ulama 'arif billah dan pakar ilmu hadits, yakni Maulana Syaikh Muhammad Ibrahim Abdul Baits Al-Kattani, bahwa :
أنَّ فِكْرَ الْإسْلاَمِ يَبْنِى وَلَا يَهْدِمْ، يُصْلِحْ وَلَا يُفْسِدْ، يَجْمَعْ وَلَا يُفَرِّقْ
Sesungguhnya asas Islam ialah, membangun bukan menghancurkan, memperbaiki bukan merusak, persatuan bukan perpecahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar