Kamis, 31 Mei 2018

KISAH KENTUT

Ada tiga kisah kentut di bawah ini yang bisa kita ambil hikmahnya karena mengandung pesan agar sesama muslim bisa menjaga aib.

KISAH PERTAMA
Dikisahkan, suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau tidak sedap diantara mereka yang membuat para sahabat tidak tahan. Salah seorang dari mereka berdiri dan berkata:

“Siapa yang kentut, silakan berdiri” Hening, tak seorang pun berdiri.

Dan ketika datang waktu Isya, diantara mereka ada yang berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini. Orang itulah yang kentut”.

Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Tapi tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya untuk berwudhu, mungkin malu.

Lalu Bilal berdiri untuk mengumandangkan adzan. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berSabda: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu' lagi."

Lalu para sahabat pun ikut berwudhu dan akhirnya tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu.

KISAH KEDUA
Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap.

Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak nyaman.

Maka ketika waktu shalat Maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!"

Mendengar perintah itu, maka para jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.

Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik bagi kita semua.

KISAH KETIGA
Menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama, yaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang artinya "Hatim Si Tuli".

Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja si wanita kentut dengan cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu. Lalu Syaikh Hatim pura-pura tuli dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya.

Dengan sikap sang syaikh, wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira Syaikh Hatim benar-benar tuli. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.

Wanita itu hidup selama lima belas tahun setelah kejadian tersebut. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli hingga wanita itu meninggal, ia tak pernah tahu kepura-puraan beliau.

Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

... Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya.”

Subhanallah...
Sungguh mulia sekali akhlak Rasulullah, beliau mencontohkan kepada kita bahwa setiap muslim adalah saudara dan setiap saudara harus saling menjaga aib atau kehormatan saudaranya

Wallahu'alam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar