Wahai saudaraku, Anda di ambang pemilihan calon pemimpin. Tidak ada yang menyelamatkan Anda dari fitnah kecuali jika Anda menjalani proses pemilihan ini dengan penuh kerinduan kepada اللَّهَ SWT dan merasakan sebuah tanggung jawab besar dihadapan اللَّهَ SWT.
Jangan memilih siapapun kecuali terbetik di hati Anda makna kejayaan Islam dan umat Islam di bawah pengayoman pemimpin yang Anda pilih, sekaligus sadari bahwa peran hati sangatlah menentukan pilihan Anda. Hati inilah yang akan menumbuhkan amanat dan tanggung jawab di hadapan اللَّهَ SWT. Amanah yang ada di pundak Anda adalah amat besar. Sekali Anda memilih seorang calon sementara Anda sadar secara lahir ada tanda-tanda ketidakbaikan padanya dan Anda pun tetap memilihnya. Apalagi jika pilihan Anda berangkat dari kepentingan Anda pribadi atau imbalan materi.
Jika ternyata pemimpin itu adalah benar-benar pemimpin yang culas, korup dan berkhianat kepada اللَّهَ SWT dan agama اللَّهَ SWT, maka Anda adalah salah satu orang yang mempunyai saham dalam dosa-dosa bersama pemimpin tersebut. Setiap dosa yang dilakukan pemimpin tersebut jika dilakukan atas dasar kepemimpinan yang Anda berikan kepadanya adalah tabungan dosa buat Anda yang telah memilihnya. Menjaga amanat yang dibebankan kepada Anda adalah kejernihan pikir dan hati Anda disaat memilih dengan tidak terpengaruh oleh rupiah, hadiah dan janji jabatan yang di berikan kepada Anda atau hubungan persaudaraan atau organisasi dan partai. Hadirkan dihati Anda kejayaan Islam dan umat Islam di saat hendak memilih. Jauhkan kepentingan-kepentingan yang tidak karena اللَّهَ SWT.
Jadikan lima hal untuk bekal hati dalam memilih.
Pertama; niat yang mulia yang dibarengi shalat hajat, istikhoroh dan permohonan kepada اللَّهَ SWT.
Kedua; tentang kedekatan calon pemimpin kepada اللَّهَ SWT.
Ketiga; Kedekatan calon dengan hamba-hamba اللَّهَ SWT, dalam arti telah terbukti dalam hidupnya ada perjuangan untuk umat agar semakin dekat kepada اللَّهَ SWT.
Keempat; siapa saja yang berada di sekitar calon tersebut. Pemimpin yang baik jika yang menemaninya adalah orang yang tidak takut kepada اللَّهَ SWT, maka amat sulit baginya untuk menegakkan sebuah kebenaran atau menghentikan kemungkaran.
Kelima; tawakkal, berserah kepada اللَّهَ SWT yang Maha Memberi petunjuk dan bimbingan.
Wallahu a’lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar