Sabtu, 28 Juli 2018

Mewaspadai Virus Inkar Sunnah


Inkar Sunnah artinya mengingkari sunnah. Ia adalah nama sebuah aliran keagamaan yang pernah muncul di Indonesiapada tahun 1980-an dan dinyatakan sesat serta dilarang beredar oleh Kejakgung RI pada tahun 1983. Pada tahun 1985 Kejakgung RI juga melarang beredarnya al-Qur`an terjemahan yang ditulis Nazwar Syamsu, seorang da’i Inkarussunnah. LPPI dalam hal ini sudah menerbitkan hasil penelitiannya pada tahun 1985 melalui buku, Bahaya Inkar Sunnah. Ditemukan setidaknya 25 penyimpangan penerjemahan yang dilakukan Nazwar Syamsu sebagai akibat pengingkarannya terhadap sunnah.

 

Meskipun demikian, inkar sunnah tidak hanya berwujud sebuah aliran keagamaan saja, melainkan juga aliran pemikiran atau sebuah paham yang benih-benihnya sudah muncul dari sejak abad pertama Islam.Pelopornya adalah Syi’ah, Mu’tazilah, Khawarij, Murji`ah dan sekte-sekte lainnya yang menyimpang dari “Ahlus-Sunnah”.Di era kontemporer, serangan inkar sunnahyang meragukan hadits dan ilmu hadits diawali oleh seorang orientalis bernama Goldziher. Diikuti kemudian oleh Joseph Schacht. Di kalangan muslim, yang turut menjadi pengekornya di antaranya adalah Rasyid Ridla, Abu Rayyah, Ahmad Amin, dan Ahmad Abdul Mun’im al-Bahi. Di antara mereka ada yang menolak hadits secara keseluruhan, ada yang hanya menolak hadits Ahad, ada pula yang kalau sesuai dengan al-Qur`an menurut akalnya sendiri, maka hadits digunakan, jika tidak maka ditinggalkan.

 

Dewasa ini, paham inkar sunnah jika hendak diperinci karakteristiknya, maka setidaknya ada empat karakteristik, yaitu:

▪Tidak mempercayai ‘ulumul-hadits yang sudah dikodifikasikan oleh para ulama hadits.

▪Tidak mempercayai isnad hadits yang sangat mungkin disebabkan ketidakpahaman terhadap sistem isnad.

▪Tidak mau mengakui otoritas keilmuan para ulama, khususnya dalam bidang hadits.

▪Sebagai konsekuensinya, hanya mau menerima hadits yang sesuai dengan akal pemikirannya sendiri.[1]

▪Sebagai contoh, berikut ini disajikan kutipan dari orang yang terkena virus inkar-sunnah:

▪Sedangkan mengenai jejak-jejak Rasulullah saw., apakah dia berbentuk ucapannya, perbuatannya, ataupun ketetapannya, maka hal itu akan lebih sulit lagi untuk mendeteksinya, apakah benar hal yang dibilangkan berasal dari Rasulullah saw. itu benar-benar ucapannya, benar-benar perbuatannya dan benar-benar ketetapannya? Karena ketiga hal tersebut kebanyakannya tidak ditulis atau tidak dicatat di zaman Rasulullah saw. atau dengan kata lain ketiga hal tersebut ditulis dan dicatat sekitar dua abad, bahkan ada yang tiga abad, bahkan lagi ada yang lebih dari tiga abad setelah Rasulullah saw. wafat. Hal itu berdasarkan laporan dari si A, dan si A dapat dari si B, dan si B dapat dari si C, dan si C dapat dari si D, dan si di dapat dari si E, dan si E dapat dari sahabat, kemudian dari Rasulullah saw. yang kemudian lagi dikatakan, Rasulullah saw. mengatakan ini dan itu, berbuat ini dan itu dan menetapkan ini dan itu.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar