Selasa, 31 Juli 2018

Sejauh Kebaikan Yang Kita Buat

بسم الله الرحمن الرحيم

قِيْمَةُ الْمَرْإِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ

Harga seseorang sama nilainya dengan kebaikan yg ia perbuat

(Aforisme arab dalam mahfuudzoot)

Seseorang dilekatkan dengan perbuatannya. Perbuatannya menjadi baju dan cap yg biasa disematkan untuk menimbang dan menakar seseorang berada di posisi mana.

Meski tidak selalu, orang yg banyak ibadah, akan dikenal sebagai ahli ibadah, dan sejauh itu pula harganya dilihat orang lain. Begitu juga sebaliknya. Orang ahli maksiat, tentunya seharga yg ia sudah perbuat. Ia tak mungkin dikenal sebagai ahli ibadah. Mereka berbeda jalan, mereka berbeda selera, mereka berbeda kualitas. Dengan cara itulah harga seseorang ditetapkan.

Lebih jauh lagi, harga seseorang hakikatnya ditetapkan dengan ketakwaannya, bukan dengan sesuatu yg diluar dan terlihat oleh banyak orang. Ketakwaan adalah harga kemuliaan sebenarnya (49:13).

Pertanyaan sederhananya : jika seseorang bertakwa, apakah ia akan menjadi orang ahli maksiat? Berbuat kejahatan? Keburukan? Menyakiti sesama? Tak bermanfaat untuk orang lain? Menjadi sampah masyarakat? Berbuat fakhsyaa dan munkar?tidak berbuat ihsan?

Jika jawabanya tidak, maka dengan takwa, seseorang otomatis akan tertarik pada harga harga mulia yg memang diminta sebagai bukti ketakwaannya.

Sebagai bukti ketakwaan adalah taat. Wajar jika Alloh mengulangnya 8 kali dalam alquran dengan redaksi sama dalam surat yg sama (26:108, 110,126, 131,144, 150, 163, 179).

Jadi harga seseorang itu tergantung ketakwaannya. Ia perintah yg disematkan langsung dengan ketaatan. Seseorang yg takwa dan taat hidupnya akan diisi kebaikan yg diminta Alloh dan rasulnya. Maka harga seorang yg beriman adalah sejauh ketakwaan dan ketaatannya pada Alloh.

Dalam ketakwaan dan ketaatan, seseorang sudah memilih harga tertinggi bagi dirinya dimata Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar