Oleh: Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah
Suatu hari, Rasulullah Saw
duduk bersama para sahabat, di situ
beliau bercerita tentang hari kiamat
dan yang berhubungan dengan hal
tersebut. Semua sahabat terpaku dan
bahkan banyak yang menangis ketika
membayangkan betapa mengerikannya
hari tersebut.
Tiba-tiba dari orang yang hadir
di situ ada yang bertanya dan berkata
“Ya Rasulallah, kapan hari kiamat itu
akan tiba ? “Rasulullah SAW dan semua
sahabat menoleh kepada orang yang
bertanya dengan takjub. Rupanya
orang yang bertanya tersebut adalah
seorang pegunungan Arab badui yang
polos.
Mendengar pertanyaan
tersebut, Rasulullah pun bertanya:
“Memangnya kamu punya persiapan
apa untuk menghadapi hari kiamat?
“Orang Badui itu pun terkejut dengan
pertanyaan balik dari Rasulullah. Dia
pun bingung akan menjawab apa,
karena dia tidak punya amalan-amalan
MOHON UNTUK
TIDAK DIBACA
KETIKA KHOTBAH
yang banyak seperti para sahabat yang
lainnya, lalu dia pun menjawab: “Ya
Rasulallah, sungguh aku tidak punya
persiapan apa-apa kecuali kecintaanku
kepada Allah dan kepadamu Ya
Rasulallah”.
Mendengar jawaban tesebut
Rasulullah pun tersenyum, lalu
bersabda: “anta ma’a man ahbabta.”
(Kamu akan bersama dengan orang
yang kamu cintai ). Sungguh, apa yang
dikatakan Rasulullah adalah hal yang
sangat membahagiakan bagi kita umat
Nabi Muhammad SAW, karena dengan
modal cinta kita akan bisa berkumpul
bersama beliau.
Lalu, apa hubungan hadist
diatas dengan Tahun Baru Masehi
yang akan kita hadapi ini? Sebelum
kita memasuki kepada pembahasan,
sungguh sangat penting bagi kita untuk
mengingat firman Allah SWT: Wa lan
tardho “ankal yahudu wa lan nashoro
hatta tattabi’a millatahum.” “Sungguh
orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
pernah ridho kepadamu wahai kaum
muslimin sampai kamu mengikuti
agama mereka” (Al-Baqarah: 2 Ayat 120)
Ini adalah firman Allah SWT
Yang Maha Tahu tentang keadaan
hamba-hamba-Nya. Jadi saat ini kalau
kita lihat, banyak sudah dari kaum
muslimin yang tanpa mereka sadari
telah mengikuti ajaran dan cara
hidup orang-orang kafir. Salah satunya
contohnya adalah Perayaan Tahun Baru
Masehi.
Saat ini kalau kita bertanya
kepada setiap orang: “ Siapakah yang
paling meramaikan tahun baru masehi?
Apakah orang Nasrani, yang tahun
baru tersebut merupakan hari raya
mereka? Ataukah kaum muslimin, yang
sebenarnya tidak punya sangkut paut
apapun pada acara tersebut?” dan
jawabannya adalah: “Kaum muslimin
yang paling banyak berperan pada
acara tersebut”. Artinya: Orang-orang
kafir telah berhasil memasukkan
budaya dan faham mereka kepada
kaum muslimin dan hal itu tanpa
disadari oleh kaum muslimin. Dan
akibatnya adalah semakin jauhnya
kaum muslimin dari agama mereka.
Pada setiap malam Tahun Baru
Masehi, kita bisa melihat banyak kaum
muslimin dari semua kalangan tua
dan muda ikut berpartisipasi dalam
meramaikan berbagai kemaksiatan
yang terjadi di malam itu dari
berdesakannya kaum laki laki dan
perempuan yang kadang dibarengi
dengan minuman keras. Dan tidak
jarang diwarnai dengan bentrok di
antara mereka.
Sungguh, ini adalah musibah
yang sangat menyedihkan bagi kaum
muslimin karena saat ini kecintaan
umat sudah banyak berubah, kecintaan
dan kekaguman mereka mulai
berubah. Banyak anak-anak muslim
yang lebih gandrung dengan cara dan
budaya orang-orang kafir. Mereka
tenggelam dalam lautan kelalaian,
sehingga mereka pun tidak menyadari
dan merasakan makna hadits “Engkau
akan dikumpulkan bersama orang yang
engkau cinta” Jika demikian, artinya
ummat terpuruk.
Sungguh sangat dikhawatirkan
kelak kita tidak bisa berkumpul dengan
Rasulullah SAW di saat kita lebih cinta
kepada tradisi yang bertentangan
dengan syariat Rasulullah. Nabi SAW
pernah bersabda: “Man tasyabbaha
biqoumin fa huwa minhum” (Barang
siapa yang menyerupai suatu kaum,
maka dia akan masuk ke dalam
golongan mereka).
Artinya, di saat kita cinta
dan bangga kepada Rasulullah SAW,
dan berusaha untuk membela dan
mengkutinya, maka dijanjikan oleh
Rasulullah SAW kelak kita akan menjadi
orang yang berkumpul bersama
rombongannya Rasul SAW. Akan tetapi
di saat kita selalu mengikuti tradisi
orang-orang kafir, berbangga gaya
hidup mereka, maka tanpa kita sadari
kita sudah masuk ke dalam golongan
mereka dan masuk ke wilayah
kemurkaan Allah SWT.
- Pantaskah sebagai bahan renungan
ketika kita mengaku sebagai seorang
muslim akan tetapi tradisi yang kita
banggakan adalah tradisi orang kafir ?
- Pantaskan ketika kita mengaku
sebagai seorang muslim umat Nabi
Muhammad SAW kita masih mengidola
kepada musuh-musuh Nabi Muhammad
SAW ?
- Pernahkan kita bercita-cita agar
kita bisa hidup mulia di dunia dengan membela agama Rasulullah SAW dan
agar kelak bisa berkumpul bersama
Rasulullah ?
- Tidak malukah kita dengan para
sahabat, yang masih saja menangis
ketika diceritakan tentang hari kiamat,
padahal amal meraka sudah sangat
banyak. Apakah kita sudah lupa, bahwa
ketika tahun semakin bertambah maka
umur kita semakin berkurang?
- Akankah kita akan terus berbuat dosa
dengan budaya tahun baru nasehi yang
selalu identik dengan huru-hara dan
kemaksiatan ?
Wallahu a’lam Bish-Showab.
BUYA YAHYA MENJAWAB
MENGULANG
SHALAT JUM’AT
DENGAN DZUHUR
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Buya Yahya yang saya hormati, di
kampung saya ada kebiasaan shalat
Dhuhur yang dilaksanakan setelah
shalat Jum’at. Yang ingin saya
tanyakan, apakah itu termasuk dalam
syariat Islam atau bukan? Mohon
penjelasannya Buya Yahya.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Di dalam menjalankan ibadah
harus ada tuntunannya agar ibadah itu
diterima oleh Allah SWT, dan tuntunan
tersebut adalah kitab Allah dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW.
Untuk memahami kitab Allah
dan Sunnah Nabi kita harus kembali
kepada Ulama yang mereka adalah
orang-orang yang lebih tahu tentang
Al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad
SAW. Penjelasan para ulama tersebut
termaktub di dalam kitab-kitab
yang sangat mudah bagi kita untuk
mengambilnya.
Khusus masyarakat Indonesia
mereka adalah umat yang terbiasa
mengikuti ulama yang bermadzhab
Syafi’i yang pemikiran mereka tertuang
dalam kitab fiqih-fiqih Syafi’i.
Maka dalam hal ibadahpun
semestinya kita harus kembali pada
kitab-kitab tersebut, kalau kita cermati
dari pertanyaan diatas, mengulang
shalat Jum’at dengan shalat Dhuhur
adalah tidak dibenarkan kecuali jika
keabsahan shalat Jum’at tersebut
diragukan atau diperselisihkan oleh
para ulama.
Itulah kebiasaan para ulama
terdahulu untuk mengambil sikap
berhati-hati yaitu dengan mengulang
shalat Jum’at dengan shalat Dzuhur.
Misalnya disaat rukun khutbah
tidak terpenuhi atau shalat Jum’at
dilaksanakan dengan tidak memenuhi
syarat menurut sebagian mazhab
(seperti jika kita yang bermazhab
syafi’i melakukan shalat Jum’at dengan
bilangan yang ragu kepastiannya
sudah mencapi 40 orang dari penghuni
tetap daerah tersebut atau belum
mencapai), maka di saat seperti ini
kita dihimbau bahkan sebagian ulama
mewajibkan kita untuk mengulang
dengan Shalat Dzuhur. Hal semacam
ini dilakukan para ulama untuk keluar
dari khilafah Akan tetapi jika shalat Jum’at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar